Julianto Eka Putra lahir di kota Pahlawan, Surabaya pada 8 Juli 1972. Bagi beliau bisnis, sudah bukan hal yang asing meski masih kanak – kanak. Sejak masih duduk di bangku Sekolah Dasar di SD Aloysius Surabaya, beliau sudah memulai usaha dagang kecil – kecilan yaitu dengan berjualan kelereng. Tujuannya hanya untuk bisa jajan sebagaimana anak – anak lainnya. Karena uang saku yang diberikan orang tuanya hanya cukup untuk beli minum.
Jiwa bisnis beliau semakin tersulut ketika masuk Sekolah Menengah Pertama Katolik (SMPK) Angelus Custos. Bersama sang pacar, Yenny Tantomo, yang akhirnya menjadi istrinya dia kembali mulai merajut usaha. Dengan keahlian yang dimiliki pacarnya dalam hal merajut pita, beliau berjualan pita hasil rajutan pacarnya itu kepada teman – temannya. Hasilnya diluar dugaan, teman – temannya amat sangat menyukai dagangannya itu. Sebab harganya jauh lebih murah dibandingkan toko lain. Beliaupun mendapatkan keuntungan yang lumayan besar. Selain itu, sebagai ketua Pecinta Alam SMPK Angelus Custos yang lihai dalam membuat kegiatan, beliau berhasil mengumpulkan anggota hingga 450 anak. Hal ini menggugah jiwa berbisnisnya kembali, beliau memandang hal ini sebagai peluang untuk mendapatkan untung besar. Dengan mengajak para anggota pecinta alam pergi ke berbagai tempat, naik gunung, turun gunung beliaupun menanggung untung. Guru – gurunya pun banyak yang mendukung kegiatannya sebab mereka juga mendapatkan upah yang besarnya sama dengan gaji mereka sebulan. Wow, Hebat bukan..!!!
Dimasa SMA beliau semakin berani meng-handle kegiatan yang lebih besar, seperti acara tour sekolah ke Malang bahkan ke Bali. Memasuki masa kuliah, beliau mulai bertekad untuk belajar dan menunjukkan pada orang tuanya bahwa ia juga bisa berbuat baik dan berprestasi. Untuk mewujudkan tekadnya, sejak saat itu beliau selalu duduk di barisan depan dan tidak lagi bermalas – malasan sebagaimana sebelumnya. Hasilnya, nilai yang diperolehnya selalu A atau B. Bahkan pernah dapat nilai IPK 3,9. Puncaknya dia berhasil menyelesaikan studinya di Fakultas Ekonomi Untag dengan cumlaude hanya dalam kurun waktu 3,5 tahun.
Selepas kuliah beliau menjadi sales vacuum cleaner, agen asuransi, bahkan berjualan kripik kentang. Disaat yang bersamaan beliau menjalankan bisnis multilevel marketing (MLM) High Dessert (HD). Di saat – saat awal menjalani sebagai marketing MLM – HD, beliau mengaku tidak mudah. Berbagai kendala pernah dihadapi, masa – masa sulit pun pernah beliau rasakan. Namun semua itu beliau hadapi dengan kekuatan doa, keuletan, keyakinan serta kerja keras. Hasilnya, secara perlahan hasil jerih payahnya terus meningkat.
Pada tahun 1996 kantor cabang MLM-HD di Surabaya akan ditutup karena dinilai tidak berkembang. Kemudian beliau bertekad untuk mempertahankan MLM – HD. Kebetulan saat itu beliau di tawari menjadi Stokist HD wilayah Surabaya (Jatim). Beliau bersama 4 orang temannya menerima tawaran itu dengan modal patungan. Sejak saat itu beliau mulai mengembangkan MLM – HD Sebagai Stokist. Namun ditengah perjalanan bisnisnya itu, keempat temannya mengundurkan diri. Kondisi sedikit oleng ini akhirnya dilalui hingga akhirnya beliau menemukan penggantinya, yaitu Ino, Tony, Chandra, dan Alex. Bersama merekalah beliau sukses membesarkan bisnis ini.
Saat ini beliau telah memiliki jaringan bisnis yang tersebar di berbagai kota besar di Indonesia, lewat bendera MIC (Menuju Insan Cemerlang). Selain itu, beliau juga menjadi pembicara dan trainertingkat nasional pada training – training pengembangan diri, yang telah diikuti oleh ratusan ribu orang. www.juliantoekaputra.com
Kapoeng kids sebuah sarana belajar anak yatim piatu dari seluruh nusantara yang sekolanya diberi nama selamat pagi itu juga buatannya, awalnya kata si bapak saya dia dianggap berhianat karna agamanya yang kristen apa katolik gtu, kok bikin sekolah yang kebanyakan anaknya islam? nah warga2 disana yang muslim juga bilang klo dia akan membuat anak2 itu pindah agamanya
Tapi setelah org2 itu diberi pengertian anak yang tinggal disana tidak hanya islam tetapi seluruh agama ada disana, org2 itu jd mengerti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar